Rabu, 01 Juni 2011

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dapat hidup, meningkatkan pertumbuhan bobot badan dan berproduksi (Anggorodi,1994).
Konsumsi ransum adalah makanan baik yang terdiri satu bahan makanan atau lebih yang diberikan pada ternak untuk memenuhi kebutuhan selama 24 jam (Anggorodi, 1985). Sedangkan menurut Rasyaf (1991) bahwa ransum adalah kombinasi bahan-bahan makanan yang telah diramu dimana kondisi bahan-bahan makanan yang digunakan untuk meramu bahan tersebut menjadi ransum mempengaruhi baik buruknya ransum untuk ayam pedaging. Ransum yang baik memberikan energi yang optimal yang berpungsi untuk menjaga kondisi tubuh, untuk bekerja otot dan pertumbuhan.
Konsumsi ransum dipengaruhi beberapa faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, lingkungan, umur, kualitas dan palatabilitas ransum dan kebutuhan ayam pedaging tergantung kepada kandungan energi dalam ransum (Anggorodi, 1985). Semakin tinggi energi ransum semakin rendah konsumsinya. Pada tingkat energi metabolik 2800 kkal dengan kebutuhan protein 21% ayam pedaging akan menghasilakan angka konversi 2 (Scott dalam Wahju, 1988).
Tujuan utama pemberian makanan pada ayam adalah untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama periode pertumbuhan dan penggemukan (Anggorodi, 1994). Bagi ayam broiler jumlah konsumsi yang banyak bukanlah merupakan jaminan mutlak untuk mencapai pertumbuhan akan tetapi kualitas dari bahan pakan dan keserasian komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan menentukan tercapainya performans puncak (Wahyu, 1988).
            Kebutuhan protein dalam ransum unggas berkaitan erat dengan kebutuhan energi. Imbangan protein dan energi berbeda sesuai dengan laju pertumbuhan, berat badan, tingkat produksi, suhu dan konsumsi makanan (Wahyu 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa ransum dengan kandungan energi yang tinggi maka konsumsi akan semakin sedikit dan sebaliknya jika energi rendah maka konsumsi akan meningkat.
Pada masa pertumbuhan terjadi pembentukan jaringan dan sel-sel baru yang membutuhkan protein dalam jumlah yang tinggi dengan kualitas memadai dan kecepatan pertumbuhan tergantung pada kualitas dan kuantitas makanan karena jika terjadi kekurangan maka menyebabkan pengurangan bahan pembentuk daging untuk mempertahankan kerangka secara wajar (Sheehy,1983).

Tidak ada komentar: