Sebagai organisme hidup, tanaman secara umum dalam melangsungkan pertumbuhannya memerlukan bahan makanan yang disebut unsur hara. Unsur hara yang dibutukan oleh tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya terbagi menjadi dua yaitu unsur hara makro dan mikro. Untuk memenuhi unsur hara tanaman dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian nutrisi melalui pemupukan (Tambunan dkk, 1987).
Pemupukan pada tanaman karet dapat dibedakan dalam pemupukan dipembibitan dan pemupukan dilapangan dimana dosis pemupukan dipembibitan lebih rendah dibandingkan pemupukan dilapangan (Setyamidjaja, 1993). Pemupukan dipembimbitan dapat diberikan dengan dosis 20g Urea, 17g TSP dan 15g KCL per tanaman (Amypalupy, 1988). Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara atau zat makanan yang dibutuhkan selama pertumbuhan dan juga untuk mencapai kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan-pertumbuhan tanaman (Rinsema, 1986).
Pemupukan tanaman karet seharusnya dilakukan baik pada pembibitan, tanaman muda maupun tanaman yang sudah menghasilkan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi atau sekurang-kurangnya mempertahankan kesuburan tanah (Syamsuri, 1986). Pemupukan tanaman karet yang muda bertujuan agar tanaman tumbuh subur, sehat dan agar matang sadap cepat tercapai (Setyamidjaja, 1993).
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang essensial bagi tanaman. Peran utam kalium dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim (Soepardi, 1986). Kalium adalah salah satu dari unsur hara utama yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat produksi tanaman. Poerwowidodo (1992), menyatakan tanpa kalium tanaman tidak mampu mencapai pertumbuhan dan hasil maksimal.
Adanya K-tersedia yang cukup dalam tanah, menjamin vigor dari tanaman. Menurut Sarief (1986), apabila kalium cukup tersedia dalam tanaman maka tanaman lebih tahan terhadap berbagai patogen serta merangsang pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar yang lebih baik ini akan membuat penyerapan hara yang lebih banyak sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme, terutama sintesis protein dari asam amino dan ion amonium. Hasil sintesis ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Ditambahkan oleh Hakim dkk (1986), kalium berpengaruh khusus dalam absorbsi unsur hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan berpengaruh terhadap translokasi fotosintat.
Kalium berperan dalam translokasi fotosintat karena kalium mengatur sistem transportasi, akibatnya fotosintat bisa ditransfer ke bagian yang membutuhkan, sehingga tidak terjadi penumpukkan fotosintat pada tempat berlangsungnya fotositesis (Poerwowidodo, 1992).
Di dalam tanaman kalium sangat mobil dan sesuai dengan peranannya maka sebagian besar kalium terdapat dibagian vegetatif tanaman terutama dalam jaringan muda (Karama, 1992). Selanjutnya Sutejo dan Kartasapoetra (1987), menyatakan bahwa kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein.
Dari hasil penelitian Suwono (1992), dilaporkan bahwa kalium mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi maupun kedelai. Tanpa pemupukan kalium, gejala kahat tidak tampak pada tanaman padi sawah dan hasilnya tidak terlalu rendah (4,12 ton per hektar). Sedangkan pada tanaman kedelai, gejala kahat kalium terlihat dimana daun mengalami klorosis dan produksi rendah.
Secara umum gejala defisiensi kalium menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1987), pada daun mula-mula mengkerut dan mengkilap, selanjutnya pada bagian ujung dan tepi daun mulai terlihat warna kekuning-kuningan yang menjalar diantaranya tulang daun, daun sebelah bawah seperti terbakar pada ujungnya kemudian berjatuhan sebelum waktunya. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, tanaman mudah patah dan rebah.
Pemupukan dengan kalium merupakan salah satu upaya meningkatka ketahanan tanaman terhadap kekeringan, disamping berfungsi dalam proses fisiologis tanaman, sehingga diharapkan pertumbuhan dan hasil lebih meningkat (Purwowidodo, 1992). Sebagian besar unsur kalium bergerak ke akar tanaman melalui lapisan tipis disekitar partikel-partikel tanah dengan proses difusi. Rendahnya konsentrasi kalium tanah pada keadaan kekurangan air mengakibatkan difusi kalium kecil dan hanya sedikit kalium yang dapat bergerak ke arah tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar