Mengkudu dapat dibudidayakan pada daerah yang tanahnya terstruktur baik atau tanah yang mungkin kurang bagus. Dapat pula tumbuh pada tanah yang tidak subur dan terdegenerasi, kadang-kadang juga pada tempat yang berdrainase tidak baik atau dengan kapasitas retensi airnya sangat rendah dan muka air tanah yang dalam. Pengembangan tanaman mengkudu relative tidak memerlukan biaya besar, namun tanaman ini memerlukan banyak air, tempat yang lembap atau tanah yang berdrainase baik. Jenis ini dapat tumbuh di hutan-hutan malar hijau, (semi)meranggas sampai pada hutan agak serofitik, dan tipe vegetasi litoral. Tumbuh juga pada vegetasi pioneer dan sekunder setelah kebakaran, dapat berfungsi sebagai tumbuhan deforestasi setelah terjadi aktivitas vulkanik.
Tanaman mengkudu dapat beradaptasi dengan baik terhadap berbagai jenis tanah. Tetapi untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi buah yang optimal, tanaman mengkudu paling cocok ditanam pada tanah alluvial, latosol, dan podsolik merah kuning. Dalam memilih tanah sebaiknya dipilih tanah yang subur, banyak mengandung humus atau bahan organik, memiliki aerasi dan draenasi yang baik, serta mempunyai pH antara 5,5-6,5. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian antara 500m dpl. Suhu udara antara 22–30º C (namun masih dapat tumbuh hingga suhu udara 32º C). Tanaman ini memerlukan curah hujan 2000-3000 mm/tahun untuk pertumbuhan yang optimal. Kelembaban udara (RH) yang diinginkan antara 50 - 70 %. Jawa Barat merupakan daerah yang paling potensial bagi pengembangan mengkudu karena memiliki keunggulan lahan yang subur. Jenis ini persisten dan sangat toleran. Kemampuan biji untuk mengapung menyebabkan persebarannya yang luas dan keberadaannya pada banyak pantai. Agen penyebarannya di daratan adalah kelelawar dan burung pemakan buah. (Farida, 2008: 8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar