2.2.1. Letak Geografis Tanah
Letak geografis tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara dan penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman untuk hidupnya. Makin suatu daerah akan semakin rendah keadaan suhu udaranya, dengan laju penurunan sebesar 0,5oC setiap kenaikan 100 m dari permukaan laut sementara itu intensitas cahaya matahari dan kelembaban udaranya akan semakin tinggi demikian pula curah hujannya. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan ketinggian tempat, penanaman tomat harus memperhatikan varietasnya (Cahyono, 1998).
2.2.2. Sifat Fisika, Kimia, dan Biologi Tanah
Sifat fisika tanah yang baik untuk penanaman tomat adalah yang bertekstur lempung ringan atau lempung berdebu. Keadaan fisik tanah yang baik akan meningkatkan peredaran oksigen dan menjamin ketersediaan oksigen didalam tanah (Cahyono,1998).
Sifat kimia juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sifat kimia sangat berpengaruh adalah derajat keasaman tanah (PH) dan keadaan salinitas (kadar garam) dalam tanah. Tanaman tomat akan tumbuh baik bila ditanam pada tanah yang memiliki derajat keasaman 5,5-6,8. Derajat keasaman tanah berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman, derajat keasaman tanah juga berpengaruh terhadap kegiatan organisme tanah, terutama dalam penguraian bahan organik tanah dan tersedianya zat-zat hara yang dapat diserap oleh tanaman. Sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Apabila keasaman tanah tidak sesuai dengan kisaran nilai pH tersebut maka pertumbuhan tanaman akan terhambat (Samadi, 1996).
Sifat biologi tanah sangat dipengaruhi oleh sifat tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisika dan kimia tanah yang baik akan berpengaruh baik terhadap sifat biologi tanah yang baik dapat membantu melarutkan unsur-unsur hara yang tidak larut dan dapat menyimpan kelebihan unsur hara (Cahyono,1998).
2.2.3. Suhu dan Kelembaban Udara
Keadaan suhu udara sangat menentukan pertumbuhan tanaman tomat, mulai dari perkecambahan hingga menghasilkan buah. Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat berkisar 25-300C. Sementara itu pertumbuahan tanaman tomat pada fase berikutnya berkisar antara 18-250C pada siang hari dan 10-200C pada malam hari. Suhu dibawah 40C menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, sedangkan pada suhu 0 0C tanaman tomat tidak dapat tumbuh (Aromedia, 2007).
Perbedaan suhu yang besar antara siang hari dan malam hari berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Suhu udara diatas 250C pada siang hari dan diikuti dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mereduksi hasil. Suhu malam hari yang tinggi atau diatas 200C diikuti dengan kelembaban udara yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan produksi buah yang jelek mutunya. Kelembaban udara yang tinggi dapat menghambat persarian, buahnya menjadi peka terhadap penyakit busuk ujung buah. Tetapi jika kelembaban udaranya rendah proses pembentukan buah menjadi terhambat (Cahyono, 1998).
2.2.4. Penyinaran Matahari
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fisiologi tanaman untuk membentuk bagian generatif (Buah, bunga, dan biji). Cahaya matahari yang kurang akibat tanaman tumbuh memanjang (etiolasi), kurus, lemah dan pucat karena proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik. Kebutuhan cahaya matahari sebagai sumber energi fotosintesis juga tergantung pada lamanya penyinaran. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tanaman tomat memerlukan penyinaran cahaya matahari yang cukup, minimum 10-12 jam per hari (Samadi, 1996).
2.2.5. Curah Hujan
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1250 mm pertahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah air sulit didapat, sehingga petani hanya mengandalkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman (Cahyono, 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar