Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen sintetis mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetis mempunyai keunggulan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, Oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun ( Achmad, 2004:112).
Pada umumnya deterjen mengandung bahan-bahan sebagai berikut (1). Surfaktan (Surface Active Agent) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, terdiri atas empat kategori yakni : (a). Anionik meliputi Alkyl Benzene Sulfonate, Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS), (b). Kationik : Garam Ammonium, (c). Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle, (d). Amphoterik : Acyl Ethylenediamines, (2). Builder (Pembentuk) berfungsi meningkatkan efesiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air, (3). Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas, (4). Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk (Anonim, 2008:2).
Zat kimia lain yang terkandung dalam detergen adalah (a) Abraside untuk penggosok kotoran, (b) substansi untuk pengaruh pH yang mempengaruhi penampilan ataupun stabilitas dari komponen lain, (c) water softener untuk menghilangkan efek kesadahan, (d) Oxidants untuk memulihkan dan menghancurkan kotoran, (e) material lain selin surfaktan untuk mengikat kotiran didalam suspensi (f) Enzim untuk mengikat protein, lemak, ataupun karbohidrat didalam kotoran ( Tambun, 2006;5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar