Selasa, 31 Mei 2011

Relevansi Antara Pengetahuan Guru

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untk mengembangkan sumber daya yang berkualitas dan pemabangun sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbararengan. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tertentu tak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia berkualitas itu. Dilihat dari pendidikan telah terkadang secara jelas dalam tujuan Pendidikan Nasional.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi perserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk secra dekat dalam kehidupan masyarakat dan hal ini juga dtegaskan dalam (UU RI No 2 tahun 1989, Bab I pasal I) “Pedidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang.
Masalah  profesi pendidikan sampai sekarang masih banyak di perbincangkan baik didalam pendidikan maupun diluar pendidikan. Suatu profesi erat hubunannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntu keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Masalah profesi kependidikan sampai sekarang masih banyak diperbicarakan baik dikalangan Pendidikan maupun di luar pendidikan. Suatu profesi erat kaitanya dengan jabatan atau pekerjaan  tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengrtahuan, dan keterampilan tertentu.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru mempunyai peran penting. Guru harus selalu membimbing perserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila (Soejipto da kosasi, 1999:49) Dasar ini mengandung pengertian yang berupa beberapa prinsip yang harus di pedomani oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya yaitu tujuan utama Pendidikan Nasional dan prinsip membimbing anaknya dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Guru adalah suatu jabatan profesional, yang memiliki peran dan kompetensi profesional. Pendidikan guru adalah Pendidikan profesional, yang terdiri dari katagori, pendidikan pre-servis, pendidikan in-service, pendidikan berlanjut dan pengembangan staf.
Guru memegang peran sangat penting dalam proses pendidikan karena itu harus memiliki kalitas profesional sehingga mampu mengemban tugas dan peranannya. Seperti dikatakan oleh Wiliam Taylor Guru merupakan agen kognitif, guru sebagai agen persamaan sosial dan pendidikan.
Isi pendidikan guru sesungguhnya berakar sejak masa lampau yakni sejak munculnya pendidikan calon guru. Apa yang perlu diketahui oleh guru pada dasrnya bersumber pada kebudayaan, tingkat perkembangan, inteligensi dan sensitivitas para pendiikan guru dan hal-hal yang perlu diketahui oleh guru berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :
  1. Pengetahuan, keterampilan dan moral yang ada dalam kebudayaan harus diajarkan secara sistematis. Asumsi ini menuju ke konsep-konsep motivasi dan pengajaran.
  2. Pertumbuhan alami yang berkembang secara bebas tidak dapat dipisahkan dari bakat individu. Asumsi ini berkenaan dengan konsep bahwa guru perlu berkerja hanya pada suasana, material dan kondisi yang relevan dengan individu  yang bersangkutan.
Menurut M. Haberman dan Stennett yang dikutip dari Harbert La Grone (1964:105) Pada garis besarnya ada 5 (lima) daerah pengetahuan yang perlu dikuasai dengan baik oleh setiap calon guru, yaitu stu analisis terhadap pengajaran terdiri dari bentuk-bentuk interasi verbal dan non verbal, konsep penelitian dan pengajaran, struktur dan kegunaan pengetahuan, sistem diharapkan menguasai pengertian-pengertian dasar yang berhubungan dengan hakikat dan kegunaan pengetahuan, konsep-konsep tentang perkembangan manusia dan belajar, aspek  ini meliputi pengetahuan tentang struktur, intelrk, pertumbuhan kongnitif, tipe-tipe belajar dan konsep dasar yaitu motivasi dan kesiapan. Desain belajar mengajar berhubungan dengan metode, siswa dan calon guru di harapkan mempelajari cara-cara menentuaknan tujuan, menggunakan strategi, mengembangkan unit-unit belajar dan demonstrasi dan evaluasi kompetensi-kopentensi mengajar. Studi ini meliputi pengalaman-pengalaman percobaan mengajar, menganalisis kompetensi yang di demonstrasikan.
Dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah kita telah menunjukan perkembanagn yang sangat pesat. Perubahan dan pembaharuan bukan saja terjadi dalam bidang, kurikulum, metodologi, pengajaran, peralatan dan penilaian pendidikan tetapi juga terjadi dalam bidang administarasi dan personil. Bahkan secara keseluruhan dapat dikaikan bahwa perubahan itu merupakan pembahruan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponenyang ada. Usaha pembaharuan tersebut kini menuju kearah realisasi yang lebih kongrit dengan munculnya konsepsi sekolah pembanunan. Didalam pelajaran IPS yang telah diterapkan dan diajarkan disekolah-sekolah baik tingkat SD maupun tingkat SMP. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial di rumuskan diatas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan Interdisipliner dari aspek dan cabang-caban ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). IPS merupakanbagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologis sosial.
  Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
“...untuk mata pelajaran IPS terpadu di tingkat SMP, seringkali kompetensi akademik guru kurang memadai. Guru yang mempunyai latar belakang sejarah lebih banyak mengajarkan sejarah. Padahal kompetensi IPS terpadu tidak hanya sejarah, tetapi ada sosiologi, antropologi dan geografi. Pernyataan ketua BSNP tersebut menyiratkan bahwa terlepas dari latar belakang pendidikannya.Untuk guru IPS, mereka diharapkan untuk dapat mengajarkan semua subjek dalam pelajaran IPS, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. Menurut ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), Bambang Suhendro dalam Harian Suara Pembaharuan, senin 9 Januari 2006.
Suatu pembelajaran terpadu menawarkan beberapa kelebihan (Lipson, 1993), yaitu:
  • lebih fokus pada tema, karena satu tema dibahas dari berbagai sudut pandang
  • memungkinkan transfer of learning, misalnya penerapan konsep sosiologi dalam sejarah.
  • memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara satu disiplin ilmu dengan lainnya
Di samping kelebihan tersebut, terdapat beberapa masalah, kendala, atau konsekuensi dari pelaksanaan pembelajaran terpadu (Druger, 1999), yaitu :
  • guru dan sekolah sudah terbiasa dengan pola lama
  • hampir semua guru tidak memiliki pengalaman penelitian di luar latar belakang pendidikannya
  • guru “kehilangan” otoritas pada latar belakang bidang studinya
  • memerlukan komitmen dari para guru untuk bekerja sama
  • ketika menggunakan metode team teaching, muncul banyak persoalan seperti perbedaan karakter pribagi guru, kontribusi yang tidak jelas, perbedaan gaya mengajar, dan kesulitan mengatur jadwal .
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Relevansi Antara Pengetahuan Guru Dengan Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran IPS Terpadu di SMPN Se-Kota Jambi.

Tidak ada komentar: