Suleman dalam Setyaningsih (2006:1) menjelaskan pada umumnya limbah cair industri batik memiliki kandungan warna yang pekat, zat padat tersuspensi, BOD, COD, fenol, krom total, minyak lemak dan pH yang perlu pengolahan sebelum dibuang ke badan air. Dalam proses pembuatan batik digunakan larutan zat kimia dengan air sebagai mediumnya dan sebagai bahan pembantu yang terdiri dari kanji, minyak, lilin, soda (NaOH), deterjen dan lain-lain. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai seperti fenol dan logam lain. Biochemical oxygen Demand (BOD) air buangan ini bervariasi antara 50 sampai 10.000 mg/L tergantung pada macam atau jenis tekstil yang dihasilkan (Anonim, 2008b).
Menurut Effendi (2007:207) bahwa senyawa fenolmerupakan senyawa aromatik dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang terikat secara langsung pada cincin benzena. Senyawa ini mudah mengalami oksidasi. Senyawa fenol terdiri atas fenol, kresol, xilenol, klorfenol, katekol, hidroquinon, timol, naftol dan sebagainya. Kadar alami senyawa fenol diperairan sangat kecil, hanya beberapa mg/liter. Keberadaan fenol yang diperkenankan terdapat pada air minum adalah 0,001 mg/liter. Pada kadar yang lebih dari 0,01 mg/liter, fenol bersifat toksik bagi ikan.
Menurut Anonim (2008b:3) bahwa jenis limbah cair batik ini ada empat macam; (1) logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn, (2) hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing), (3) pigmen, zatwarna dan pelarut organik, (4) tensioactive (surfactant).
Air limbah yang baru dibuat biasanya berwarna abu-abu apabila senyawa-senyawa organik yang ada mulai pecah oleh bakteri. Oksigen terlarut dalam limbah tereduksi sampai menjadi nol dan warnanya berubah menjadi hitam (gelap). Pada kondisi ini dikatakan bahwa air limbah sudah busuk. Dalam menetapkan warna tersebut dapat pula diduga adanya pewarna tertentu yang mengandung logam-logam berat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar