Rabu, 29 Desember 2010

PROPOSAL PERTANIAN

I.1. Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu jenis dari marga Oryza, yang termasuk kedalam suku Poaceae (Gramineae). Padi merupakan sumber makanan pokok hampir 40% dari populasi penduduk dunia dan makanan utama dari penduduk Asia Tenggara (Grubben dan Partohardjono, 1996).
Pada akhir tahun 1960-an, usaha pertanian padi di beberapa negara kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia banyak mengalami perubahan akibat introduksi varietas padi unggul (High Yielding Rice Varieties = HYVs), yang merupakan salah satu program dari Revolusi Hijau. Selain memberikan dampak positif, Revolusi Hijau juga memberikan dampak negatif, diantaranya menimbulkan kesenjangan ekonomi yang makin besar antara petani miskin dan petani kaya, punahnya varietas padi lokal secara massal, pencemaran air dan tanah, serta kerusakan kesuburan tanah (Iskandar, 2001). Menurut Fox (1991) dalam Iskandar (2001), di Indonesia tercatat lebih dari 8.000 varietas padi lokal atau tradisional yang biasa ditanam petani. Akan tetapi, dengan adanya program Revolusi Hijau yang mengintroduksikan varietas padi unggul, keanekaragaman padi lokal menurun secara drastis.
Dalam sejarah perpadian nasional, produktivitas padi meningkat dari 2,3 ton/ha pada tahun 1960 menjadi 4,56 ton/ha di tahun 2004. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat (1,49%/tahun) menghasruskan produktivitas padi yang tinggi hingga > 6 ton/ha. Kenaikan produksi terutama dapat dicapai melalui tersedianya varietas unggul baru (Makarim dan Suhartatik, 2006)
            Terkait hal di atas Provinsi Jambi juga merupakan salah satu daerah penghasil padi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, produksi padi Provinsi Jambi pada 2009 mencapai 644.947 ton gabah kering giling (GKG), atau mengalami kenaikan sebesar 63.244 ton (10,87 %) dibandingkan  dengan produksi tahun sebelumnya dengan luas panen seluas 12.768 hektar.
            Ada  hampir 91 varietas padi lokal Jambi. Hampir tiap kabupaten memiliki varietas lokal sendiri. Menurut Lesmana, dkk. (2004), ciri morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda varietas padi adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, warna batang, warna daun, permukaan daun, jumlah gabah per malai, bentuk gabah, warna gabah, dan permukaan gabah. Selain itu, karakter perbungaan dapat membedakan kultivar padi (Wet, et al., 1986). Epidermis daun, termasuk didalamnya stomata merupakan ciri anatomi yang bisa digunakan untuk membedakan varietas padi. Hal ini dikarenakan padi yang termasuk suku Gramineae memiliki struktur epidermis yang khas (Backer dan Bakhuizen, 1968). Penampakan epidermis, yang terdiri atas sel panjang dan sel pendek, serta tipe stomata merupakan ciri yang dapat dipakai untuk membedakan tiap jenis tumbuhan golongan suku Gramineae (Esau, 1965). Butir pati/amilum pada jenis tanaman yang berbeda dapat bervariasi, baik dari bentuk, ukuran, ataupun warna dari reagen tertentu. Amilum padi pada varietas yang berbeda memiliki kandungan karbohidrat yang berbeda. Hal ini dapat memungkinkan ukuran atau warna dari reagen tertentu menampakkan perbedaan.
Varietas lokal masing-masing punya keunggulan dan kelemahan maka dari itu juga perlu diadakan pengkajian mengenai mutu beras hasil tanamnya. Mutu beras sangat bergantung pada mutu gabah yang akan digiling dan sarana mekanis yang digunakan dalam penggilingan. Selain itu, mutu gabah juga dipengaruhi oleh genetik tanaman, cuaca, waktu pemanenan, dan penanganan pasca panen.
            Pemilihan beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen, ditentukan oleh faktor subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau etnis, lingkungan, pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan
Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras. Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan dibuktikan berdasarkan sertifikat hasil uji (Suismono 2002). SNI untuk beras giling bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya manipulasi mutu beras di pasaran, terutama karena pengoplosan atau pencampuran antarkualitas atau antar varietas.
Berdasasrkan uraian di atas Penulis Tertarik Untuk melakukan penelitian  Mengenai “ Karakterisitik Fisik Beras Dari Padi Lokal Sebagai Sumber Plasma Nutfah Asal Jambi”.


1.2. Tujuan Penelitian

              Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pengukuran atau identifikasi secara kuatitatif terhadap karakter fisik beras dan melalui identifikasi ini didapatlah padi lokal dengan mutu beras  yang baik .

I.3. Kegunaan Penelitian
              Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Serta diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran mengenai perbedaan katakteristik penampilan fisik beras padi lokal asal Jambi.

I.4. Manfaat Penellitiaan
              Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menunjukkan varietas padi lokal asal Jambi yang baik dijadikan sumber plasma nutfah untuk perbaikan varietas oleh pemulia tanaman.

I.5. Hipotesis
              Terdapat perbedaan katakteristik penampilan fisik beras padi lokal asal Jambi.












TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Tanaman Padi.
             
Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan Sub divisio Angiospermae, termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae,Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah Oryza sativa L.
Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun yaitu pada batang pokok atau batang batang utama akan tumbuh anakan pertama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk perakaran sendiri (Luh, 1991).
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau bulir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain akan membentuk sekam atau kulit gabah (Departemen Pertanian, 1983).

2.2. Padi lokal
           




2.3. karakteristik gabah dan beras
• Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 75% bagian dari butir beras utuh.
• Beras patah, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar dari 25% sampai dengan lebih kecil 75% bagian dari butir beras utuh.
• Butir menir, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 25% bagian butir beras utuh.
• Butir kapur, yaitu butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna putih seperti kapur dan bertekstur lunak yang disebabkan faktor fisiologis.
• Butir kuning, yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir yang berwarna kuning atau kuning kecoklatan (BPTP Sumatera Selatan 2006)



2.3. Mutu beras Di Indonesia

Dalam pengelompokkannya mutu beras dibagi menjadi 3 jenis pada umumnya yaitu : (1) Mutu beras Berdasarkan pasar beras, (2) Mutu Beras Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (3) Mutu Beras berdasarkan preferensi konsumen. Mutu beras di Indonesia termasuk beragam, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu varietas, agroekosistem, teknik budidaya, penanganan pascapanen dan pengolahan hasil, serta distribusi dan pemasaran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sistem standirasasi dalam perdagangan beras menyebabkan mutu beras di Indonesia beragam dan tidak konsisten, tidak jelas antara varietas dan merk, terjadi pencampuran antar varietas dan mutu, label dalam kemasan seringkali tidak sesuai dengan isinya dan sering terjadi penyemprotan zat aromatik dan penyemprotan zat pemutih
Tabel mutu beras standar nasional indonesia ?





2.3.1. Mutu Beras Berdasarkan Pasar Dalam Negeri
Pengelompokan / klas mutu dan harga beras di tingkat pedagang/ penggilingan padi berdasarkan varietas / merk dan komponen mutu beras. Pengelompokan berdasarkan varietas (varietas IR64, Ciherang, Pandan wangi, IR42 dan Muncul) mempunyai 3 klas mutu beras (mutu I, II dan III ) Sedangkan kelompok beras ber”merk’ seperti Saigon dan Ramos mempunyai 2 klas mutu (mutu I dan II). Faktor yang menentukan klas mutu di tingkat pedagang/ penggilingan padi adalah derjat putih, varietas, kadar air, penampakan, aroma, harga, kepulenan dan rendemen

























METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muara Jambi. Penelitian ini rencana dilaksanakan  dari bulan … sampai bulan …

3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 varietas padi lokal Jambi. Yaitu :
Benih diperoleh dari hasil penelitian mengenai 90 varietas padi lokal Jambi (Aryunis dan Fitri, 2009).
Alat yang digunakan ialah jangka sorong, Pemecah kulit, Penyosoh beras, Timbangan Mili, dan Pengayak Beras.

3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif analisis, meliputi eksplorasi, koleksi, identifikasi. Eksplorasi dilakukan dengan mengumpulkan  91 sampel gabah hasil penanaman 90 varietas padi lokal Jambi. Jumlah gabah untuk masing-masing sample sebanayak 2 Kg dalam bentuk Gabah Kering Giling
Setiap varietas diamati ciri morfologinya (karakteristik  gabah dan beras) dan Setelah dilakukan pengamatan morfologi dan anatomi, selanjutnya identifikasi untuk setiap kultivar padi lokal. Setiap pengamatan tiap sample gabah di lakukan ulangan 3 kali.

3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Sampel Gabah
            Gabah diberi kode sesuai jenis varietas padi sebagai sample  , contoh A1,A2,A3 merupakan varietas IR 64 selanjutnya Pengumpulan gabah sebagai sample. Untuk tiap varietas diambil gabah sebanyak 2 Kg.


3.4.2. Pengujian mutu beras

1. Gabah 1000 gram diayak dan ditampi untuk membuang kotoran dan gabah hampa.

2. Gabah yang telah bersiah diambil 300 gram lalu digiling dengan alat pemecah kulit untuk menghasilkan beras pecah kulit.

3. Beras pecah kulit disosoh selama 3 menit untuk memperoleh beras giling

4. Beras giling diambil 100 gram kemudian diayak kurang lebih 20 putaran untuk memisahkan butir menir, lalu ditimbang dan dihitung persentasenya.

5. Beras Giling yang telah bebas menir dimasukkan ke dalam alat pemisah ukuran beras dan diputar selama 3 menit untuk memisahkan beras kepala, beras utuh, dan beras patah atau pecah. Kemudian ditimbang dan dihitung persentasenya.

6. Dari masing-masing mutu beras (beras kepala, beras patah dan menir) kemudian dipilih dan dipisahkan butir kapur dan butir kuning rusak.


Gambar 1. Alur kerja pengujian mutu beras. Laboratorium Mutu Beras BB Padi, Sukamandi 2010.?




Dari mutu beras yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan persyaratan mutu SNI 6128:2008  ( Tabel I)

1 komentar:

Bruno S mengatakan...

data padi lokalnya dapat dari mana pak?